Sebenarnya aku dah tahu jawapan di sebalik segala ajakan yang tak pernah akan berbalas dengan senyuman. Terlalu banyak perkara yang melintasi kepala aku - salah satunya menerima rejection yang dah dapat diagak dari awal lagi. Tapi itulah aku. Masih tak berhenti berharap sekali pun.
Dua tahun yang lalu, waktu aku dah give up dengan hidup sendiri - muncul watak baru yang aku tak pernah sangka dia akan menjadi seseorang yang mampu menyejukkan hati di setiap pertemuan. Aku rasa aku sangat blessed dengan wujud dia. Seorang penyelamat dari segala kejatuhan.
Hari-hari aku bersyukur dengan tuhan, dia datang dalam waktu yang tepat dan memberikan sebuah landskap baru dalam hidup aku dengan cara yang tak pernah terduga. Again, I'm blessed.
Aku kira, aku akan meratapi pemergian seseorang yang terlalu penting dalam hidup aku dengan sebuah pengakhiran yang tragis - namun dalam segala kesakitan yang tak dapat diungkapkan itu wujud dia yang muncul sebagai satria menangguh air mata rebah ke bumi.
Kadang aku tak pasti kenapa aku masih lagi bernasib baik dan terpilih untuk menerima seseorang yang terlalu baik seperti dia untuk ada dalam kehidupan aku. Ada hari yang buat aku termenung panjang, aku akan reflect diri sendiri - kenapa aku perlu merungut?
Mungkin dalam diam sendiri, aku membenci tentang memori yang pernah ada - bagi aku terlalu manis dan unforgettable. Meratapi kenapa semua benda sial terjadi dekat diri aku. Tapi bila aku menampar diri sendiri, aku akan lekas-lekas pujuk hati - 'tengok siapa yang ada dengan kau sekarang?'
Bermula dengan like di IG Stories. Kesemua diari patah hati yang terselindung jadi jambatan kecil - permulaan kepada pertemuan.
"Sorry kalau macam keep procrastinating untuk lepak ke jumpa"
Aku tak pasti kenapa, tapi aku rasa peluang untuk membina sebuah hubungan baik yang dah lama tertangguh ni akan berhasil. Bagai bunga matahari yang mengembang dan membesar dengan cantiknya. Tinggi dan mekar.
Tapi, itulah bunga matahari. Pada akhirnya akan mati dan layu.
Saat aku tak lagi punya jawapan kenapa kau menghilang dan membuat keputusan untuk menjauhkan diri dari aku - tanpa sebarang kata-kata konkrit. Meninggalkan aku dengan persoalan yang semakin meneguhkan tembok menghalangi diri kita dari bertentang mata.
Masih berbaki 10% dalam hati aku berharap ada pertemuan terakhir kita. Menyelesaikan kemelut yang tidak wujud. Akan tetapi, aku tahu yang pertemuan terakhir kita adalah kali terakhir kita bertentang mata di Kuala Lumpur dulu.
Terima kasih benarkan air mata aku mengalir kembali.
Yours truly,
Blue x
No comments:
Post a Comment
jika tak tersenangkan; disudi-silakan
beredar angkat kaki-- pergi jalan.
"setiap patah-- bangkit, kayuh semula"